Rabu, 09 Juni 2010

Pandangan Psikolog

Orang yang mirip Ariel diperkirakan merekam hubungan seksualnya dengan 32 wanita berbeda. Meskipun bukan penyakit, psikolog menyebut tindakan itu sebagai penyimpangan perilaku dasar manusia.

Psikolog sekaligus dosen Fakultas Kedokteran UI Dadang Hawari, saat dihubungi Selasa (8/6) menyebutkan bahwa perilaku merekam adegan seks sendiri itu merupakan kelainan yang disebabkan penyimpangan perilaku dasar manusia.

“Pada dasarnya, semua manusia memiliki sifat eksibisionis. Ini merupakan sifat alami manusia yang memiliki keinginan untuk mempertontonkan hal-hal pribadi kepada pihak lain misalnya saja power, kekuasaan, kemampuan spesial bahkan perilaku seksual,” katanya.

Terkait dengan video porno yang diduga artis, Dadang memandang tidak hanya eksibisionis, tetapi juga narsisme. Ini juga bisa dikategorikan narsisme di mana individu menikmati dirinya sendiri melalui media yang tersedia.

“Contoh dasar, pemilihan ajang kecantikan. Ada kepuasan dari individu tersebut saat melihat dirinya sendiri. Begitu pula video porno. Ada perasaan senang,” katanya.

Namun Dadang Hawari menilai bahwa mengoleksi video hubungan seksual belum bisa dikategorikan sebagai penyakit, melainkan hanya penyaluran perilaku eksibisionis maupun narsisme yang didukung oleh lingkungan sekaligus pola pandang individu tersebut.

“Saya melihat ini bukan penyakit. Ini merupakan sifat dasar yang diakomodir individu tersebut berdasarkan kesempatan yang ia punya dan pola pandang yang ia terima. Kalau dia melihat bahwa dia punya media yang mendukung serta pihak-pihak berkaitan tidak menolak dan dia memandang ada kepuasan saat melakukan ini, sebenarnya ini hanya dikategorikan kadar eksibisionisnya berbeda dengan yang lain.”

Perilaku eksibisionis sendiri pada dasarnya dimiliki oleh lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki. Pria merupakan individu aktif-agresif sedangkan wanita adalah pasif-agresif.

“Meskipun pasif, perempuan lebih eksibisionis karena pada dasarnya mereka berusaha untuk menarik perhatian para pria. Makanya, perempuan lebih suka menggunakan pakaian mini, perhiasan, mempertunjukkan sensualitas dan lainnya agar dapat menarik perhatian pria, dalam hal ini individu agresif. Pihak yang mengejar,” kata Dadang.

Meskipun perilaku ini merupakan sifat dasar, namun bukan berarti tindakan ‘eksploitasi seksual’ dilakukan oleh semua orang. Perilaku manusia sendiri diatur dalam 3 dasar yaitu id ego dan super ego.

“Id adalah dorongan dasar manusia di mana tidak ada sensor. Ini merupakan sifat hewani pada manusia. Namun, manusia memiliki ego dan super ego. Ego yaitu perbuatan yang nampak atau tindakan yang mengaplikasikan id. Serta, yang terakhir adalah super ego sebagai aturan, tata cara, alat kontrol yang memungkinkan manusia untuk menyalurkan id atau tidak.”

Perilaku eksibisionis dan narsisme diposisikan pada level id. Aturan yang mengontrol pengaplikasian dorongan tersebut berada dalam lingkup super ego. Keberadaan video porno yang mungkin hadir di kalangan artis dilihat Dadang sebagai super ego yang mereka terima berbeda dari kebanyakan.

“Mungkin saja karena lingkungan yang terlalu terbuka. Kebebasan pola pandang yang mereka punya. Ini memang tampak berbeda di masyarakat Indonesia kebanyakan. Tapi, bukan berarti ini salah. Pemahaman yang mereka terima itu berbeda.”

Video porno yang mirip dengan ‘Luna Maya-Ariel’ dan ‘Cut Tari-Ariel’, dinilai Dadang menunjukkan adanya pergeseran pemahaman di masyarakat. ”Masyarakat kita itu permisif. Undang-undang sendiri tidak tegas soal pornografi. Masyarakat pun menerima informasi sangat luas, tapi tidak dibarengi dengan aturan yang tertanam di individu itu sendiri.” [inilah]

Orang yang mirip Ariel diperkirakan merekam hubungan seksualnya dengan 32 wanita berbeda. Meskipun bukan penyakit, psikolog menyebut tindakan itu sebagai penyimpangan perilaku dasar manusia.

Psikolog sekaligus dosen Fakultas Kedokteran UI Dadang Hawari, saat dihubungi Selasa (8/6) menyebutkan bahwa perilaku merekam adegan seks sendiri itu merupakan kelainan yang disebabkan penyimpangan perilaku dasar manusia.

“Pada dasarnya, semua manusia memiliki sifat eksibisionis. Ini merupakan sifat alami manusia yang memiliki keinginan untuk mempertontonkan hal-hal pribadi kepada pihak lain misalnya saja power, kekuasaan, kemampuan spesial bahkan perilaku seksual,” katanya.

Terkait dengan video porno yang diduga artis, Dadang memandang tidak hanya eksibisionis, tetapi juga narsisme. Ini juga bisa dikategorikan narsisme di mana individu menikmati dirinya sendiri melalui media yang tersedia.

“Contoh dasar, pemilihan ajang kecantikan. Ada kepuasan dari individu tersebut saat melihat dirinya sendiri. Begitu pula video porno. Ada perasaan senang,” katanya.

Namun Dadang Hawari menilai bahwa mengoleksi video hubungan seksual belum bisa dikategorikan sebagai penyakit, melainkan hanya penyaluran perilaku eksibisionis maupun narsisme yang didukung oleh lingkungan sekaligus pola pandang individu tersebut.

“Saya melihat ini bukan penyakit. Ini merupakan sifat dasar yang diakomodir individu tersebut berdasarkan kesempatan yang ia punya dan pola pandang yang ia terima. Kalau dia melihat bahwa dia punya media yang mendukung serta pihak-pihak berkaitan tidak menolak dan dia memandang ada kepuasan saat melakukan ini, sebenarnya ini hanya dikategorikan kadar eksibisionisnya berbeda dengan yang lain.”

Perilaku eksibisionis sendiri pada dasarnya dimiliki oleh lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki. Pria merupakan individu aktif-agresif sedangkan wanita adalah pasif-agresif.

“Meskipun pasif, perempuan lebih eksibisionis karena pada dasarnya mereka berusaha untuk menarik perhatian para pria. Makanya, perempuan lebih suka menggunakan pakaian mini, perhiasan, mempertunjukkan sensualitas dan lainnya agar dapat menarik perhatian pria, dalam hal ini individu agresif. Pihak yang mengejar,” kata Dadang.

Meskipun perilaku ini merupakan sifat dasar, namun bukan berarti tindakan ‘eksploitasi seksual’ dilakukan oleh semua orang. Perilaku manusia sendiri diatur dalam 3 dasar yaitu id ego dan super ego.

“Id adalah dorongan dasar manusia di mana tidak ada sensor. Ini merupakan sifat hewani pada manusia. Namun, manusia memiliki ego dan super ego. Ego yaitu perbuatan yang nampak atau tindakan yang mengaplikasikan id. Serta, yang terakhir adalah super ego sebagai aturan, tata cara, alat kontrol yang memungkinkan manusia untuk menyalurkan id atau tidak.”

Perilaku eksibisionis dan narsisme diposisikan pada level id. Aturan yang mengontrol pengaplikasian dorongan tersebut berada dalam lingkup super ego. Keberadaan video porno yang mungkin hadir di kalangan artis dilihat Dadang sebagai super ego yang mereka terima berbeda dari kebanyakan.

“Mungkin saja karena lingkungan yang terlalu terbuka. Kebebasan pola pandang yang mereka punya. Ini memang tampak berbeda di masyarakat Indonesia kebanyakan. Tapi, bukan berarti ini salah. Pemahaman yang mereka terima itu berbeda.”

Video porno yang mirip dengan ‘Luna Maya-Ariel’ dan ‘Cut Tari-Ariel’, dinilai Dadang menunjukkan adanya pergeseran pemahaman di masyarakat. ”Masyarakat kita itu permisif. Undang-undang sendiri tidak tegas soal pornografi. Masyarakat pun menerima informasi sangat luas, tapi tidak dibarengi dengan aturan yang tertanam di individu itu sendiri.” [inilah]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar